Bilamana disebut musibah, pelbagai kejadian dan peristiwa mula membayangi pemikiran mahupun ingatan kita. Kebanyakan musibah biasanya berakhir dengan perkara yang kurang kita senangi ataupun paling tidak menyebabkan kita terasa sedih pabila musibah itu terjadi mahupun pabila musibah itu diingat-ingat kembali.
Kadangkala sukar untuk kita menerima hakikat musibah yang menimpa, pertimbangan akal kita akan menghitung segenap kerugian ataupun kesedihan akibat musibah yang menimpa. Belum dikira lagi kesan jangka pendek dan jangka panjang bahana musibah yang mendatang tanpa diundang mahupun dibau.
Fitrah manusia akan merasa sedih dan kecewa bilamana musibah hadir secara tiba-tiba, tiada siapa yang menjemput, tiada siapa yang mencongak, tiada siapa yang mengetahuinya. Namun ALLAH Maha Tahu, makanya Dia mengajarkan kita bagaimana cara mendepani musibah yang menjengah sisi kehidupan kita.
Nabi kita juga mengajarkan perkara yang sama tatkala musibah hadir, dengan kata-kata yang memberikan harapan dan motivasi untuk mendepani setiap musibah.
”Sungguh mengherankan perkara orang mukmin itu, sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya. Dan hal itu tidak dimiliki oleh siapapun kecuali orang mukmin. Jika dia diberi sesuatu yang menggembirakan dia bersyukur, maka ia menjadi baik baginya. Dan apabila ia ditimpa suatu madharat, ia bersikap sabar, maka itu menjadi baik baginya.”(HR.Muslim)
Seorang muslim tidak ditimpa oleh rasa letih, penyakit, gelisah, sedih, gangguan ataupun kegundahan, hingga duri tertancap padanya melainkan Allah menebus dengannya sebagian dari kesalahan-kesalahannya." (HR.Bukhary & Muslim).
Begitulah sikap yang diajarkan Nabi kepada kita, musibah pasti hadir cuma bagaimana rupa dan cara musibah itu hanya ALLAH yang tahu, sikap kita adalah bersabar dan ridho dengan apa yang menimpa, bukan sesuatu yang mudah namun tidak mustahil untuk dipraktikkan.
Setiap yang terjadi pasti ada hikmah yang tersembunyi disebaliknya, sama ada kita tahu atau tidak bukan persoalannya, kerana yang penting bagaimana sikap kita tatkala musibah itu datang kepada kita.
Jika kita menelusuri sirah perjuangan para Nabi dan sahabatnya, tentu kita membaca pelbagai musibah yang menimpa liku-liku perjuangan mereka, lalu kerana apa mereka terpaksa menempuh setiap musibah tersebut. Bukankah mereka manusia pilihan ALLAH dan juga para sahabat yang kental imannya, namun ternyata tidak terlepas dari sebarang musibah. Bacalah bagaimana sikap mereka atas segala musibah yang menimpa dalam kehidupan mereka. Lantaran kesabaran mereka menempuh setiap musibah dengan sabar menyebabkan agama ini dapat kita kenal hingga ke hari ini.
Justeru itu dalam kelalaian dan kecuaian kita dalam memahami agama ini, andai kata diberi musibah dari ALLAH, boleh jadi itu untuk kebaikan kita bersama. La Tahzan
Masih terngiang-ngiang dalam benakku akan kata-kata dua orang non-Muslim kepadaku, lantaran musibah yang menimpa baru-baru ini.
“Tuhan” sayang kamu dan Kamu kena terima kasih sama “Tuhan”
Musibah itu indah bila hati yang menerimanya pasrah kerana dia adalah hamba kepada Dia Sang Pencipta(credit to someone who loves poem…)
“….Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(2:216)
Mohd Halimi Abdul Aziz
5 Safar 1431H