Tak pa, awal lagi nak solat pun…
Tak pa, pandang sekali je rezeki nie…
Tak pa, exam lambat lagi….
Tak pa, bos bukan tau kalau balik keje awal…
Tak pa , dah tua sok barulah tobat byk2….
Budaya “Tak pa” telah lama menguasai umat ini, menyebabkan kita sering ketinggalan dan dianggap mundur dari segenap bidang sama ada dari sudut ukhrawi mahupun duniawi. Kenapa budaya ini meresap dalam relung hati kita hingga kita menjadi umat yang hina walaupun hakikatnya kita sepatutnya mulia dengan keIslaman ini. Kenapa budaya ini cukup sebati dalam diri masyarakat kita sedangkan Islam cukup membenci budaya yang melengah-lengahkan amalan kebaikan dan membiasakan diri dengan amalan kejelekan seperti di atas. Kerana bila nafsu berbicara, iman menjadi bisu tanpa bicara lalu tubuh mula melakukan aksi yang bakal membinasakan kehidupan sang manusia yang memakai baju Islam dan Muslim itu.
Bila nafsu berbicara, ibadah menjadi suatu yang diambil mudah seperti mudahnya kita menanggalkan pakaian dari tubuh lantas solat hanya dilakukan sekadar untuk melengkapkan diri dengan title seorang Muslim dan bukan sebagai suatu keperluan dalam kehidupan seorang Muslim yang bakal menjauhkan diri dari terjebak dengan perbuatan keji dan mungkar
“….Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.”[Al Ankabuut 29:45]
Bila nafsu berbicara, solat hujung lima waktu itu tidak mampu menurunkan pandangan melihat yang haram hingga menjadi santapan harian yang cukup enak apatah lagi hidangan itu terlupa untuk ditutup dengan ‘tudung saji’ namun sekadar ditutup dengan sehelai kain ‘sapu tangan lutsinar’ hingga mampu menggoncang dada untuk berdenyut melebihi paras normal seorang manusia dan mula terpaut dihati hingga berlakulah pertemuan dan berbalas hadiah serta menyambut tarikh khurafat 14 Februari dan nafsu semakin kuat berbicara……. “Pandang jangan tak pandang….”
Bila nafsu berbicara, bukan sekadar nilaian ukhrawi semakin kurang bahkan nilaian dunia juga diabaikan hingga pelajaran sudah menjadi suatu yang membebankan, menjadikan diri malas untuk menelaah pengajian, malas mengikuti pengajian, malas memahami makna sebuah pendidikan. Justeru itu, lahirlah generasi yang mempunyai tahap akademik yang baik tapi belum mampu mendapatkan pekerjaan hingga pelbagai bantuan harus disalurkan namun masih ramai yang menganggur kerana kualiti pendidikan yang cukup lemah dan siapakah yang patut dipersalahkan sistem pendidikan atau sikap semasa berada dalam sistem tersebut. Dan nafsu semakin lantang bersuara…”Rilek lah brother/sister, exam nanti kita pakat tiru ramai-ramai….”
Bila nafsu berbicara, hatta setelah mendapat pekerjaan yang dapat menampung kehidupan dengan gaji yang boleh dikatakan oklah, maka segala tugas dilakukan secara sambil lewa, datang kerja pada awal waktu tapi mula kerja pada hujung waktu, balik kerja pada waktu yang ditentukan namun cabut awal dari waktu sebenar dibantu rakan sekerja yang ‘prihatin’ dan ‘amanah’ sebagai duta untuk ‘punch card’kan. Masalah birokrasi mula diselitkan dengan sebuah ‘income tambahan’ jika ingin mempercepatkan urusan lalu mula menggeletar saat Badan Pencegah Rasuah menyiasat kerana pasti tidak akan dipilih sebagai calon nantinya….maka nafsu semakin ghairah bersuara…. “Keje biasa-biasa je, janji duit masuk …”
Bila nafsu berbicara, masa terus berlalu dan berlalu walhal kita masih lagi bergelimang dengan dosa dan noda, budaya ‘Tak pa’ masih menjadi iktikad yang kuat dalam diri dan kehidupan hinggalah tiba saat rambut mula menjadi seindah warna kapas, kulit mula menunjukkan kekurangan otot-ototnya dan badan semakin ingin menyembah bumi lantas barulah tersedar dari lamunannya dan terkenang zaman ‘tak pa’nya dulu, lalu kaki mula tergerak untuk menaiki tangga surau dan masjid hingga berbondong-bondong warga emas ini mengikuti pengajian dan memohon taubat atas kealpaaannya selama hidupnya yang sudah tiba ke penghujungnya. AlhamduliLLAH jika masih sempat bertaubat dan kembali menyesal atas dosa-dosa lalu cuma perubahan yang kita dambakan pastinya sudah samar-samar akibat lambatnya kita menyedari kesilapan dan kelalaian sendiri. Tetapi bagi mereka yang masih belum tiba waktu tuanya pasti membiarkan nafsu membesarkan suaranya dalam relung hati masing masing…….. “Tak pa, life start at forty, still have time…yang penting kita enjoy!!!!!
Bila nafsu berbicara, kita sering tewas dan terpaksa mengalah dengannya, alangkah ruginya andai kita tidak mampu mendidik nafsu ini ke arah yang diredhai-Nya, alangkah ruginya masa-masa kita jika nafsu ini masih dibiarkan untuk berbicara sekehendaknya hingga mampu menyesatkan kita dari jalan kebenaran-Nya, alangkah ruginya kita bila merasa seronok dengan perbuatan yang hanya memuaskan nafsu diri yang pastinya tidak pernah puas selama-lamanya hingga kematian menjemput kita. Adakah nafsu kita masih berbicara??
Bila nafsu berbicara, pastikan imanmu juga berbicara bahkan dengan suara yang dapat menundukkan nafsu itu dari menguasaimu, maka menjadi kewajipan untuk menguatkan imanmu dengan akidah yang bersih, ibadah yang dapat dirasakan kemanisannya dan akhlak yang indah dari segi dalaman dan luaran sebagai tanda ibadahmu memberi kesan bukan sahaja kepada dirimu bahkan kepada masyarakat sekelilingmu. Dan nafsu itu masih lagi berbicara tapi bicaranya bukan lagi ke arah kejelekan bahkan ke arah kebaikan. Siapakah pemilik nafsu yang diberi rahmat ini??? Berdoalah agar kita salah seorang daripadanya wahai teman-temanku.
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.”[Yusuf 12:53]
Dari Abu Muhammad Abdullah bin Amr bin Ash ra berkata; RasuluLLAH saw bersabda, “ Tidak beriman seseorang di antara kalian sehingga hawa nafsunya mengikuti ajaran-ajaran yang aku bawa.”[Hadith 41 –dr Hadith Arbain An Nawawiyah]
“….Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas.”[Al An’aam 6:119]
“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.”[Al Mu’minuun 23:71]
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu…”[Al Maidah 5:48]
” …Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran….”[An Nisa’ 4:135]
Regards,
Mohd Halimi Abdul Aziz.
14 Safar 1429H 02:42 a.m.