Imam Ghazali pernah mengatakan hati laksana sebuah cermin yang dapat membuat seseorang menilai dirinya sendiri, melihat cacat celanya jika hati itu bersih laksana cermin yang jernih walhal hati yang kotor laksana cermin yang suram dan gelap hingga sukar untuk melihat rupa diri dan cacat celanya sendiri. Begitulah gambaran hati jika dijaga atau dibiarkan sahaja tanpa pengawasan sebaiknya.
Sebuah hadith ada menyebut saat seorang sahabat bertanyakan Nabi tentang kebajikan lalu Nabi bersabda “Bertanyalah kepada hatimu. Kebajikan adalah apa yang menjadikan tenang jiwa dan hati , sedangkan dosa adalah apa yang menggelisahkan jiwa dan menimbulkan keraguan dalam hati, meski orang-orang terus membenarkanmu”[HR Imam Ahmad]
Hati pasti tidak akan menipu empunya diri yang memilikinya kerna hati itu fitrahnya menentukan baik dan buruknya perbuatan yang kita lakukan. Hati tidak sama dengan lisan yang boleh dipergunakan seenaknya oleh diri sendiri sama ada ingin mengatakan kebenaran atau kepalsuan, namun hanya hati yang berada jauh di lubuk badan pasti tahu apa yang sebenarnya terjadi dan menjadi penilai yang cukup tepat untuk mengesahkan kebaikan atau keburukan yang kita lakukan.
Lihat sahaja orang yang ingin mencuri atau merompak, kenapa harus tergesa-gesa atau melakukan kecurian tanpa ingin dilihat dan ditangkap, tidak lain kerna hatinya tahu bahawa perbuatan itu bukanlah sesuatu yang wajar dilakukannya. Hatinya telah berbicara sebelum dia melakukan kecurian lagi, namun nafsu mengatasi kata hatinya lantas tubuhnya melakukan sesuatu yang mengelisahkan jiwanya melaksanakan dosa yang bakal ditanya di akhirat kelak.
Hati jua sering menginsafkan insan yang pernah melakukan maksiat dahulu, ada seorang insan yang menceritakan bahawa sebelum menikah, ramai yang pernah menjadi pasangannya bahkan antaranya pernah dirosakkan, tak cukup kakak, adik pun disapu sekali. Namun saat ditanya apa rasanya buat perkara seperti itu, dijawabnya
“Rasa berdosalah jugak”, itulah kata hatinya yang masih tahu apa itu dosa dan pahala, AlhamduliLLAH setelah menikah sedikit sebanyak perangai lama dah mula ditinggalkan walau masih payah untuk meninggalkan semuanya, tetapi masih ada masa untuk berubah.
Jangan biarkan hati itu berbicara sendirian tanpa pernah kita hiraukan jeritannya yang seringkali cuba menyelamatkan kita dari bermaksiat kepada-Nya dalam keadaan kita bersendirian atau di khalayak ramai.
Jika hati sudah tidak mampu menilai mana dosa, mana pahala, malanglah diri yang diberi sebuah penjaga oleh Tuhannya, membiarkan hati itu terus menderita kesakitan bahkan menyebabkan hati mula mati sedangkan tubuhnya masih boleh bergerak, tanpa penasihat yang dapat memandu hidupnya ke jalan yang benar.
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”[Asy Syams 91:8-10]
Maka hati-hatilah menjaga hati masing-masing.
Wallahu’alam
Mohd Halimi Abdul Aziz
14 Rejab1429H,03:37a.m
Wallahu’alam
Mohd Halimi Abdul Aziz
14 Rejab1429H,03:37a.m