Wednesday, February 13, 2008

BILA NAFSU BERBICARA



Tak pa, awal lagi nak solat pun…

Tak pa, pandang sekali je rezeki nie…

Tak pa, exam lambat lagi….

Tak pa, bos bukan tau kalau balik keje awal…

Tak pa , dah tua sok barulah tobat byk2….


Budaya “Tak pa” telah lama menguasai umat ini, menyebabkan kita sering ketinggalan dan dianggap mundur dari segenap bidang sama ada dari sudut ukhrawi mahupun duniawi. Kenapa budaya ini meresap dalam relung hati kita hingga kita menjadi umat yang hina walaupun hakikatnya kita sepatutnya mulia dengan keIslaman ini. Kenapa budaya ini cukup sebati dalam diri masyarakat kita sedangkan Islam cukup membenci budaya yang melengah-lengahkan amalan kebaikan dan membiasakan diri dengan amalan kejelekan seperti di atas. Kerana bila nafsu berbicara, iman menjadi bisu tanpa bicara lalu tubuh mula melakukan aksi yang bakal membinasakan kehidupan sang manusia yang memakai baju Islam dan Muslim itu.

Bila nafsu berbicara, ibadah menjadi suatu yang diambil mudah seperti mudahnya kita menanggalkan pakaian dari tubuh lantas solat hanya dilakukan sekadar untuk melengkapkan diri dengan title seorang Muslim dan bukan sebagai suatu keperluan dalam kehidupan seorang Muslim yang bakal menjauhkan diri dari terjebak dengan perbuatan keji dan mungkar

“….Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.”[Al Ankabuut 29:45]

Bila nafsu berbicara, solat hujung lima waktu itu tidak mampu menurunkan pandangan melihat yang haram hingga menjadi santapan harian yang cukup enak apatah lagi hidangan itu terlupa untuk ditutup dengan ‘tudung saji’ namun sekadar ditutup dengan sehelai kain ‘sapu tangan lutsinar’ hingga mampu menggoncang dada untuk berdenyut melebihi paras normal seorang manusia dan mula terpaut dihati hingga berlakulah pertemuan dan berbalas hadiah serta menyambut tarikh khurafat 14 Februari dan nafsu semakin kuat berbicara……. “Pandang jangan tak pandang….”

Bila nafsu berbicara, bukan sekadar nilaian ukhrawi semakin kurang bahkan nilaian dunia juga diabaikan hingga pelajaran sudah menjadi suatu yang membebankan, menjadikan diri malas untuk menelaah pengajian, malas mengikuti pengajian, malas memahami makna sebuah pendidikan. Justeru itu, lahirlah generasi yang mempunyai tahap akademik yang baik tapi belum mampu mendapatkan pekerjaan hingga pelbagai bantuan harus disalurkan namun masih ramai yang menganggur kerana kualiti pendidikan yang cukup lemah dan siapakah yang patut dipersalahkan sistem pendidikan atau sikap semasa berada dalam sistem tersebut. Dan nafsu semakin lantang bersuara…”Rilek lah brother/sister, exam nanti kita pakat tiru ramai-ramai….”

Bila nafsu berbicara, hatta setelah mendapat pekerjaan yang dapat menampung kehidupan dengan gaji yang boleh dikatakan oklah, maka segala tugas dilakukan secara sambil lewa, datang kerja pada awal waktu tapi mula kerja pada hujung waktu, balik kerja pada waktu yang ditentukan namun cabut awal dari waktu sebenar dibantu rakan sekerja yang ‘prihatin’ dan ‘amanah’ sebagai duta untuk ‘punch card’kan. Masalah birokrasi mula diselitkan dengan sebuah ‘income tambahan’ jika ingin mempercepatkan urusan lalu mula menggeletar saat Badan Pencegah Rasuah menyiasat kerana pasti tidak akan dipilih sebagai calon nantinya….maka nafsu semakin ghairah bersuara…. “Keje biasa-biasa je, janji duit masuk …”

Bila nafsu berbicara, masa terus berlalu dan berlalu walhal kita masih lagi bergelimang dengan dosa dan noda, budaya ‘Tak pa’ masih menjadi iktikad yang kuat dalam diri dan kehidupan hinggalah tiba saat rambut mula menjadi seindah warna kapas, kulit mula menunjukkan kekurangan otot-ototnya dan badan semakin ingin menyembah bumi lantas barulah tersedar dari lamunannya dan terkenang zaman ‘tak pa’nya dulu, lalu kaki mula tergerak untuk menaiki tangga surau dan masjid hingga berbondong-bondong warga emas ini mengikuti pengajian dan memohon taubat atas kealpaaannya selama hidupnya yang sudah tiba ke penghujungnya. AlhamduliLLAH jika masih sempat bertaubat dan kembali menyesal atas dosa-dosa lalu cuma perubahan yang kita dambakan pastinya sudah samar-samar akibat lambatnya kita menyedari kesilapan dan kelalaian sendiri. Tetapi bagi mereka yang masih belum tiba waktu tuanya pasti membiarkan nafsu membesarkan suaranya dalam relung hati masing masing…….. “Tak pa, life start at forty, still have time…yang penting kita enjoy!!!!!

Bila nafsu berbicara, kita sering tewas dan terpaksa mengalah dengannya, alangkah ruginya andai kita tidak mampu mendidik nafsu ini ke arah yang diredhai-Nya, alangkah ruginya masa-masa kita jika nafsu ini masih dibiarkan untuk berbicara sekehendaknya hingga mampu menyesatkan kita dari jalan kebenaran-Nya, alangkah ruginya kita bila merasa seronok dengan perbuatan yang hanya memuaskan nafsu diri yang pastinya tidak pernah puas selama-lamanya hingga kematian menjemput kita. Adakah nafsu kita masih berbicara??

Bila nafsu berbicara, pastikan imanmu juga berbicara bahkan dengan suara yang dapat menundukkan nafsu itu dari menguasaimu, maka menjadi kewajipan untuk menguatkan imanmu dengan akidah yang bersih, ibadah yang dapat dirasakan kemanisannya dan akhlak yang indah dari segi dalaman dan luaran sebagai tanda ibadahmu memberi kesan bukan sahaja kepada dirimu bahkan kepada masyarakat sekelilingmu. Dan nafsu itu masih lagi berbicara tapi bicaranya bukan lagi ke arah kejelekan bahkan ke arah kebaikan. Siapakah pemilik nafsu yang diberi rahmat ini??? Berdoalah agar kita salah seorang daripadanya wahai teman-temanku.

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.”[Yusuf 12:53]

Dari Abu Muhammad Abdullah bin Amr bin Ash ra berkata; RasuluLLAH saw bersabda, “ Tidak beriman seseorang di antara kalian sehingga hawa nafsunya mengikuti ajaran-ajaran yang aku bawa.”[Hadith 41 –dr Hadith Arbain An Nawawiyah]

“….Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas.”[Al An’aam 6:119]

“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.”[Al Mu’minuun 23:71]

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu…”[Al Maidah 5:48]

” …Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran….”[An Nisa’ 4:135]

Regards,
Mohd Halimi Abdul Aziz.
14 Safar 1429H 02:42 a.m.

UPDATE: UNTUK APA @ UNTUK SIAPA


Lama x update blog??

Dah lama anta x menulis bakponya??

Saya dah tengok abg pnya blog tp dah lama xupdate…

Antara soalan yang terpapar di shoutbox, email dan juga sms, yang mana jawapannya bukan suatu yang mudah untuk dijelaskan kerana sang penulis sendiri masih mencari jawapannya kenapa tak mahu update blog nie, pelik sungguh kan.

Maka dua soalan diatas mula berlegar dalam benak ini, untuk apa blog ini di ‘update’ atau untuk siapa blog ini di ‘update’kan. Jika soalan untuk apa di ‘update’ maka jawapannya untuk mengisi masa lapang jika tiada apa-apa nak buat dan jika ada masa ‘free’, untuk meluahkan perasaan yang terbuku dihati saat tiada tempat lain nak mengadu, untuk menambahkan bilangan ‘posting’ artikel dalam blog ini atau salah satu cara nak lepaskan tension dalam diri lalu meng ‘update’ kan blog menjadi tugas seorang blogger.

Jika soalan untuk siapa ‘update’ maka jawapannya adalah untuk mereka yang sudi berkunjung ke laman ini, kepada kawan-kawan mahupun adik-adik yang mengenali diri ini juga untuk mereka yang tak sengaja terjumpa blog ini atau untuk diri sendiri yang berusaha untuk mengenali siapa dirinya yang sebenar. Jadi sama ada blog ini di ‘update’ atau tidak sepatutnya tidak harus menjadi masalah kepada orang lain kerana blog ini kepunyaan sang penulis maka ikut suka hatinya nak update atau tidak. Apatah lagi bila melihat sebahagian blog-blog lain bahkan sudah berbulan-bulan tidak di’update’.

Inilah jawapan yang diberikan sebagai seorang insan biasa yang mempunyai fitrah yang sama dengan orang lain, andai ini saja alasan untuk blog ini di ‘update’ maka diri ini telah melupakan saat kali pertama diri ini mula memasuki dunia maya ini sebagai medan perjuangan menyampaikan nasihat kepada insan lain, terlupa akan matlamat dan tujuan diri ini menjadi seorang penulis melalui blog ini, terlupa akan tanggungjawabnya mendidik umat lewat tulisannya.

Memang sifat seorang insan akan terlupa, lantaran itulah peringatan suatu yang harus disampaikan menggunakan sarana tazkirah mahupun tulisan.


“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman”.[Adz Dzaariyaat 51:55]

Saban waktu setelah menulis sebuah artikel, diri ini tertanya-tanya adakah mereka yang membacanya memahami apa yang ingin disampaikan, apakah perubahan yang terjadi setelah membacanya, apakah manfaat atau mudaratnya. Adakah tulisan itu mampu membangkitkan semangat mereka untuk mengingatkan orang lain pula atau sekadar menjadi bahan bacaan disaat kelapangan masa mula hadir lalu ia hanya menjadi ‘sleeping story’ beralaskan tilam empuk dan bantal golek.

Diri ini ternyata kagum saat melihat insan lain yang berjuta kali lebih sibuk dari diriku tapi mampu mencoretkan sebuah tulisan yang dapat menggugah semangat dan menyedarkan insan lain lewat tulisan-tulisan mereka. Ternyata masa-masa mereka begitu berharga dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Walaupun begitu diri ini juga percaya pastinya mereka bukan menulis untuk suka-suka tapi dengan sebuah matlamat dan tujuan yang jelas.

Persoalannya adakah kita mengambil manfaat lewat tulisan serta kesungguhan mereka menyampaikan risalah Islam dengan harapan untuk membetulkan umat dari segi pemikiran, pendidikan, sosial, ekonomi, kesihatan dan negara menggapai kemuliaan dengan Islam. Atau kita hanya sekadar menjadi pendengar yang setia lalu hanya mampu menforwardkan email-email tazkirah yang sering diakhiri dengan hadith yang cukup popular “Sampaikanlah dariku walau satu ayat”. Kenapa kita sendiri tidak mahu menulis agar manfaatnya lebih terasa buat diri dan orang lain, agar kita tidak lagi hanya menjadi pendengar setia tetapi mula mengorak langkah untuk menjadi penyampai yang setia pula.

Mudah-mudahan kita bersama-sama menjadi orang yang belajar dan mengajar orang lain agar perubahan yang kita cita-citakan akan menampakkan hasilnya kelak


"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.”[Ali ‘Imran 3:79]

Akhirnya diri ini ingin mengucapkan terima kasih buat mereka yang masih sudi membaca seculit nasihat dan peringatan melalui tulisan dari insan yang penuh kekurangan dan kelemahan ini serta ingatan untuk sentiasa ‘update’kan blog ini. Mohon juga doa kalian supaya sentiasa istiqamah untuk memberikan peringatan kerana blog ini diwujudkan Insya ALLAH untuk agama yang mulia ini kerana

“Dari Abu Ruqayah tamim bin Aus Ad-Dari ra. berkata Nabi saw bersabda “ Agama adakah nasihat, kami bertanya, Untuk siapa? Beliau menjawab “Untuk ALLAH, kitab-Nya, Rasulnya, para pemimpin kaum Muslimin dan manusia pada umumnya.”[HR Muslim]

Juga harapnya agar blog ini bakal menjadi pahala yang berpanjangan di akhirat kelak dengan ilmu yang bermanfaat darinya, andai tersilap dan tersalah dalam mengungkapkan bicara maka teguran yang sewajarnya harus diutarakan untuk kebaikan bersama. Sekarang giliran kalian pula untuk beramal. Persembahkanlah tulisanmu wahai umat Muhammad yang mengaku Muslim sejati. Angkatlah penamu supaya cahaya Islam akan memancar dari salah satu tulisanmu.

7 Safar 1429H 01:00a.m

Monday, February 4, 2008

ANTARA SEMANGAT DAN FIKRAH DALAM DAKWAH

Dakwah adalah sesuatu pekerjaan yang sedikit pendokongnya tapi banyak penentangnya, sedikit yang menggerakkannya tapi ramai yang membantutkannya, dan sedikit yang memahaminya tapi banyak yang memesongkannya. Dakwah yang ingin mengeluarkan umat ini dari kejahilan kepada keilmuan, dari kebatilan kepada kebenaran dan dari kegelapan kepada sinar cahaya hidayah-Nya memerlukan bekalan yang dapat meneguhkan pendokong dan penggeraknya dalam landasan Ilahi ini.

Semangat yang kuat dan fikrah yang jelas adalah sebahagian daripada bekalan yang perlu hadir dalam jiwa para pendakwah. Kedua-duanya perlu dijaga dengan sungguh-sungguh kerana jika salah satu daripadanya mula hilang atau terpesong maka kesannya bukan kepada pendokong dan penggeraknya saja bahkan kepada dakwah yang kita serukan juga.
Semangat adalah ibarat baja dan air yang menjadi sumber tumbuhnya sepohon pokok yang dapat membesar dengan baik dan kuat sedangkan fikrah itu ibarat batang pokok dengan segala dedaunnya yang segar dan wangi hingga mampu memberi manfaat yang besar kepada makhluk lain. Semangat yang kuat tanpa fikrah yang jelas ibarat pokok yang berlebihan siraman air dan bajanya manakala fikrah yang jelas tanpa semangat yang kuat seperti pokok yang kekurangan sumber air dan bajanya. Akhirnya pokok yang diharapkan tumbuh membesar itu semakin hari semakin gugur daunnya, mulai mereput kulitnya dan akhirnya tumbang ke tanah tanpa sebarang manfaat yang boleh diambil darinya. Pokok itu adalah dakwah yang ingin kita bangunkan saat ini.

Mereka yang cukup bersemangat dalam berdakwah tanpa disertai dengan pemahaman yang benar dengan fikrah yang Islam seruan bisa gugur dari medan dakwah ini kerana keterlibatannya hanya kerana semangat yang hadir, tanpa semangat mereka mula mengundurkan diri dari berdakwah. Saat memegang jawatan tertentu dalam sesebuah organisasi maka semangat dakwah bertambah, saat masih bergelar mahasiswa semangat dakwah masih bergelora, saat sahabat-sahabat dakwah masih ramai semangat dakwah cukup subur dalam diri, saat program dakwah bertimbun-timbun semangat dakwah tidak pernah menurun, saat masa masih lapang semangat dakwah sentiasa berkobar-kobar. Saat idea mencurah-curah semangat dakwah melalui tulisan amat konsisten. Saat dakwah ini mula mendapat sambutan semangat makin kuat.

Ya, semangat inilah yang kita dambakan cuma sayangnya semangat itu hanya hadir ketika itu sahaja tapi bila tiba saat sudah melepaskan jawatan yang dipegang, saat mula memasuki bidang pekerjaan, saat sahabat-sahabat mula hilang dari medan perjuangan, saat program dakwah mula sayu dan longlai, saat kesibukan mula menghantui kehidupan, saat idea menulis semakin kering, saat dakwah ini mula ditolak maka dakwah mula diabaikan, mula dibiarkan dan mula ditinggalkan dengan pelbagai alasan-alasan yang dianggap ‘syarie’ pada pandangannya kerana semangat sudah hilang, sudah pudar, sudah lemah kerana pendorong semangat dakwah tadi juga sudah tiada. Andai tidak meninggalkan jalan dakwah ini semangat dakwah itu mula bertukar kepada memburukkan individu atau kelompok yang berbeza dengan wasilah mereka, menghalang perjalanan golongan yang berbeza fikrah dengan mereka, merasakan diri dan kelompok mereka sahaja yang layak mengemban perjuangan ini, lalu kita sering melihat pergaduhan sesama gerakan-gerakan melalui kata-kata atau tulisan walau kita semuanya adalah orang-orang Muslim. Semangat inikah yang ingin kita semaikan??

Mereka terlupa bahawa perjuangan golongan terdahulu lebih-lebih lagi mampu melunturkan semangat dakwah mereka, mereka diuji dengan ujian yang memerlukan mereka mengorbankan masa, harta bahkan jiwa-jiwa mereka hingga mereka juga mengeluh “Bilakah pertolongan ALLAH akan tiba??”.

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”[Al Baqarah 2:214]

Salah seorang sahabat RasuluLLAH juga pernah memberikan saranan agar membalas sahaja perbuatan kafir Quraisy dengan kekuatan yang ada ketika mereka masih berada di Makkah yang pastinya lahir dari sebuah semangat yang ada pada dirinya. Ternyata usul itu ditolak oleh Nabi yang memahami bahawa dakwah itu tidak cukup sekadar mempunyai semangat yang membara sahaja namun perlu melihat sumber kekuatan dan persediaan yang telah ada pada dakwah ini, lantaran itulah Rasul mengatakan kepada sahabatnya “Sesungguhnya kamu ini orang yang tergesa-gesa”

Pengorbanan yang mereka berikan bukan semata-mata atas semangat tanpa berpijak di bumi yang nyata tetapi semangat itu lahir dari sebuah fikrah yang benar-benar faham akan tujuan dan matlamat dakwah ini inginkan. Maka lihatlah setelah terbangun sebuah kerajaan Islam yang pertama di Madinah mereka tidak merasakan bahawa tugas dakwah ini telah selesai bahkan tanggungjawab dakwah semakin berat hingga memerlukan mereka berjuang dengan sepenuh hati menyebarkan dakwah ke seluruh pelusok bumi walau Rasul tidak bersama mereka lagi dengan semangat sama ada kita hidup mulia dengan Islam atau kita mati kerana agama-Nya. Pengorbanan yang mereka berikan itu selayaknya mendapat penghormatan dari ALLAH berupa sebuah anugerah yang dijanjikan kepada hamba yang menepati janjinya.

“ Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya)” [Al Ahzab 33:23]

Fikrah yang jelas tentang dakwah dan perjuangan tanpa secebis semangat untuk menyebarkannya juga bakal membantutkan perjalanan kita yang panjang ini menemui destinasi yang dijanjikan-Nya. Sehebat manapun pemahaman kita tentang bagaimana seharusnya kita memahami agama ini belum cukup untuk mengubah masyarakat kita jika semangat yang kuat belum hadir dalam jiwa kita untuk menyebarkan fikrah Islam itu ke dalam jiwa masyarakat. Jadilah fikrah Islam yang kita fahami itu hanya tersembunyi jauh dalam fikiran dan hati kita seorang sahaja, hingga mula membeku di dalam otak dan hati dan akhirnya hanya mampu mengeluh dengan kerosakan Islam yang terjadi saat ini tanpa berbuat apa-apa, apatah lagi jika lebih suka mengomentar dakwah orang lain seolah-olah bak kata peribahasa “paku dulang paku serpih mengata orang dia yang lebih”.

Dakwah ini mula bernada balada yang cukup lemah dan khayal orang mendengarnya akibat kesungguhan untuk menyampaikan dakwah ini juga mempunyai melodi yang sama. Dakwah mula menjadi suatu yang hanya dilakukan secara main-main, tanpa keseriusan untuk merealisasikan dakwah ini untuk berjaya hingga kita hanya melaksanakannya ketika ada masa “free”, ketika diberikan tugasan oleh murobbi, ketika ditegur oleh sahabat dakwah yang lain dan ketika diluar waktu “study”, kerja dan kehidupan biasa kita seolah-olah dakwah ini untuk masa tertentu dan tempat tertentu sahaja. Adakah ini tanda fikrah dalam dakwah ini belum jelas?? Ditambah pula jika kita lebih banyak bergembira dengan gelak-tawa dalam kehidupan ini sampai terlupa untuk kita menangis mengenangkan dakwah kita yang gagal untuk menyedarkan dan melahirkan umat yang cintakan agama-Nya. Sedangkan kita sepatutnya lebih banyak menangis dari tertawa secara berlebihan

“Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan. [At Taubah 9:82]

Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'[Al Israa 17:109]
Adakah gelak tawa kita membuktikan dakwah ini telah tersebar luas atau hanya sekadar nafsu yang menguasai kehidupan kita. Atau tugas dakwah ini telah selesai kerana telah mempunyai ramai pendokong dan penggeraknya hingga kita lebih banyak ketawa dari menangis. Jika semua itu masih belum tercapai marilah kita muhasabah sejenak untuk menangisi kelemahan kita mengajak orang lain ke dalam dakwah ini, menangisi kekurangan kita untuk orang tsiqah dengan dakwah ini, menangisi ketidak sungguhan kita dalam dakwah ini, menangisi ketidak istiqamahnya kita dalam mengingatkan umat lewat kata-kata mahupun tulisan kepada dakwah ini, menangisi lemahnya semangat dakwah kita saban waktu, menangisi waktu-waktu yang kita bazirkan dengan gelak tawa yang berlebihan hingga terlupa dosa-dosa yang kita perbuat. Mudah-mudahan gelak tawa kita tidak membuatkan hati menjadi keras hingga susah untuk mengalirkan air mata lewat solat tahajud kita.

Jangan kita sentiasa mengharapkan pertolongan ALLAH agar membantu dakwah ini tanpa kita juga mengubah diri kita agar selayaknya kita ditolong oleh ALLAH, kerana sejarah membuktikan golongan pejuang agama yang lalu melakukan pengorbanan yang luar biasa hebat sebelum mereka diberi bantuan oleh ALLAH. Seharusnya kita berusaha untuk mengambil sejarah mereka sebagai panduan untuk mencipta sejarah perjuangan kita pula.

Jadikan semangat itu sebagai pemangkin dalam dakwah dan fikrah Islam itu sebagai pembimbing kita agar tidak menyalahgunakan semangat yang ada dalam diri.
Buat diri yang masih mencari semangat dalam dakwah kehidupannya dan berusaha melengkapkan diri dengan fikrah yang mudah-mudahan membawa diri bertemu dengan sebuah kebenaran yang dakwah Islam inginkan.
Wallahu’alam


Regards,
Mohd Halimi Abdul Aziz
27 Muharram 1429H 11:14a.m