Friday, March 21, 2008

DIMANAKAH INSAN YANG SEPERTINYA


Syekh Yasin, nama lengkapnya Syekh Ahmad Ismail Yasin lahir tahun 1938 di desa Al-Jura, sebelah selatan kota Gaza, syahid pada saat sedang puasa sunah Senin- Kamis, hari Senin, 1 Shafar 1425 H/ 22 Maret 2004 M karena dihantam rudal penjajah Zonis Israel setelah melaksanakan sholat subuh berjama’ah di masjid Al-Mujama’ Al-Islami, Gaza. Syekh Ahmad Yasin merupakan tokoh spiritual gerakan Hamas, Qiyadah/ pemimpin bagi pejuang dan rakyat Palestina melawan penjajah Zionis Israel.

Walaupun usianya uzur, kondisi tubuhnya lumpuh dari leher hingga ujung kaki, setiap hari harus menggunakan kursi roda, tidak menghalangi beliau untuk berdakwah, memimpin dan membina umat, rakyat Palestina khususnya di Gaza. Beliau memiliki ‘izzah/ kemuliaan sehingga disegani dan dicintai kawan, ditakuti lawan dalam hal ini penjajah Zionis Israel.

Sebagai tokoh spiritual dan qiyadah dalam perjuangan, Syekh Ahmad Yasin banyak memberikan keteladanan bagi pengikutnya dan rakyat Palestina, juga bagi umat Islam yang rindu syahid di jalan Allah.

Dalam suatu khutbahnya, Syekh Ahmad Yasin pernah berkata: Umat ini tidak akan pernah memiliki kemuliaan dan meraih kemenangan kecuali dengan Islam. Tanpa Islam tidak pernah ada kemenangan. Kita selamanya akan selalu berada dalam kemunduran sampai ada sekelompok orang dari umat ini yang siap menerima panji kepemmpinan yang berpegang teguh kepada Islam, baik sebagai aturan, prilaku, pergerakan, pengetahuan, maupun jihad. Inilah satu-satunya jalan. Pilih Allah atau binasa!

Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala-bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan) mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS: Al-Imran/3: 126).

Suatu ketika ada seorang penganut Kristen di kota Ramallah, Tepi Barat, Bassam Hana Rabbah namanya. Dia datang menemui Syekh Ahmad Yasin untuk mengadukan permasalahannya karena ada seseorang di Gaza melakukan penipuan terhadap dirinya. Syekh Ahmad Yasin yang juga pimpinan Dewan Islah (perdamaian) dengan bijaksana mampu mendamaikan antara Bassam Hana Rabbah seorang Kristen dengan seseorang yang telah melakukan penipuan.

Syekh meresponnya dengan serius, bahkan mampu bersikap adil terhadapku. Hak-hak saya pun bsa kembali saya nikmati. Sebagai tanda terima kasih, sebagian hartaku diberikan kepada Dewan Islah, tutur Hana Rabbah. Sebagai seorang Qiyadah/pemimpin, Syekh Ahmad Yasin tidak cinta dunia, tidak gila harta, bahkan kehidupannya sangat sederhana.

Mariyam Ahmad Yasin menceritakan tentang sikap hidup ayahnya:
Rumah ayah terdiri dari 3 kamar dengan jendela yang sudah rapuh. Rumah ini sangat sederhana sekali. Ini fakta bahwa ayahku tak cinta dunia, namun cinta akhirat. Banyak yang menawari beliau untuk memiliki rumah seperti pejabat tinggi negara, namun ditolaknya. Bahkan pernah suatu ketika, Pemerintah Otoritas Palestina memberi sebuah rumah besar di suatu kampung mewah di Gaza, . Namun Tawaran itupun di tolak, ia tidak peduli dengan berbagai ragam bentuk kesenangan duniawi.

Rumah ini sangat sempit. Tidak ada lantai, dapurpun ala kadarnya. Jika musim dingin, kami kedinginan. Namun jika musim panas tiba, kami pun kepanasan. Ayah sama sekali tidak memikirkan untuk merenovasi rumahnya. Ia justru sibuk mempersiapkan rumah di akhiratnya. Adapun kondisi psikis, Alhamdulillah, kami cukup sabar, karena kami percaya. Insya Allah, kami akan melihatnya lagi di surgaNYa nanti. Untuk itulah kami juga sangat berharap bisa mati syahid seperti beliau.

Jika Syekh Ahmad Yasin ingin kaya, harta menumpuk, rumah mewah bertingkat, mobil mengkilat lebih dari empat, makanannya serba lezat, semuanya bisa saja beliau dapatkan, bukankah beliau mempunyai pengikut yang taat, kedukukan yang memikat, akan tetapi semuanya itu tidak beliau lakukan untuk memperkaya diri di tengah pengikut dan rakyatnya yang sedang sengsara dan menderita, akibat penjajah, sekali lagi tidak!

Syekh Ahmad Yasin memiliki iman dan perasaan yang tinggi, beliau sangat cinta dan peduli kepada umat yang pada hakekatnya adalah umat Nabi Muhammad saw.

Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS:An Nisaa/4: 69).

Apakah kita semua telah meneladani beliau yang hidup sebagaimana kehidupan Rasul SAW dan para shahabatnya? Yang lebih mencintai akherat ketimbang kehidupan dunia yang murah dan menipu? Yang lebih menyukai debu-debu jihad daripada mobil-mobil mewah mengkilat? DI manakah kita sekarang?

(H. Ferry Nur, S.Si, Sekjen Kispa)
SEMPENA PEMERGIANNYA KEPADA SANG PENCIPTA PADA 21 MAC 2004
DIPETIK DARI www.eramuslim.com

Thursday, March 20, 2008

ALANGKAH INDAHNYA HIDUP INI


Alangkah indahnya hidup ini,
Andai dapat kutatap wajahmu,
Kan pasti mengalir airmataku,
Kerna pancaran ketenanganmu…

Alangkah indahnya hidup ini,
Andai dapat kukucup tanganmu,
Moga mengalir keberkatan dalam diriku,
Untuk mengikut jejak langkahmu…

Ya RasuluLLAH, Ya HabibaLLAH,
Tak pernah ku tatap wajahmu,
Ya RasuluLLAH, Ya HabibaLLAH,
Kami rindu padamu…

Allahuma solli ala Muhammad
Ya Rabbi solli alahi wassalim
Allahuma solli ala Muhammad
Ya Rabbi solli alaihi wassalim…

Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kudakap dirimu,
Tiada kata yang dapat aku ucapkan,
Hanya Tuhan saja yang tahu…

Ya RasuluLLAH, Ya HabibaLLAH,
Tak pernah ku tatap wajahmu,
Ya RasuluLLAH, Ya HabibaLLAH,
Kami rindu padamu…

Ku tahu cintamu kepada umat
UMMATI, UMMATI,
Ku tahu bimbangnya kau tentang kami
Syafaatkan kami….

Alangkah indahnya hidup ini,
Andai dapat kutatap wajahmu,
Kan pasti mengalir airmataku,
Kerna pancaran ketenanganmu…

Ya RasuluLLAH, Ya HabibaLLAH,
Tak pernah ku tatap wajahmu,
Ya RasuluLLAH, Ya HabibaLLAH,
Kami rindu padamu…


Ya RasuluLLAH, Ya HabibaLLAH,
Terimalah kami sebagai umatmu,
Ya RasuluLLAH, Ya HabibaLLAH,
Kurniakanlah syafaatmu…

Allahuma solli ala Muhammad,
Ya Rabbi solli alahi wassalim,
Allahuma solli ala Muhammad,
Ya Rabbi solli alaihi wassalim…

Lagu Raihan

Regards
Mohd Halimi Abdul Aziz
13 Rabiul’awal 1429H/ 01.04 a.m.

Sunday, March 16, 2008

JATUH BANGUNNYA SEBUAH KEMENANGAN


Kemenangan adalah suatu cita-cita yang diinginkan oleh setiap insan, yang sentiasa dicari dan dikejar walau selama mana masa yang terpaksa diambil untuk menggapainya. Seringkali istilah kemenangan lebih layak diberikan kepada golongan yang inginkan kebaikan, kebenaran dan keadilan sedangkan golongan kejahatan, kebatilan dan kezaliman juga mendambakan kemenangan dalam perjuangan mereka. Maka kemenangan merupakan sebuah anugerah yang tidak mengira golongan kebenaran atau kebatilan yang layak memilikinya namun bergantung kepada usaha dan gerak kerja masing-masing.

Sehebat manapun sebuah kemenangan itu pastinya bertemu dengan zaman kejatuhannya. Jatuhnya sebuah kemenangan itu pastinya disebabkan pelbagai faktor dalaman mahupun luaran hingga kemenangan tidak lagi dapat dipertahankan. Sejarah membuktikan bahawa kemenangan kaum kafir Quraisy, kaum Nasrani dan Yahudi mula jatuh setelah mereka melakukan pelbagai kebatilan dan kezaliman dengan kedatangan Islam yang benar, lalu kemenangan pun mula bertukar tangan kepada golongan kebenaran dan keadilan selama beberapa kurun lamanya.

Kemenangan yang dikecapi oleh golongan kebenaran yang diharapkan berpanjangan ternyata bertemu jua dengan zaman kejatuhannya dengan turunnya Khalifah Turki Uthmaniyyah, lantaran itu bangunnya sebuah kemenangan bagi golongan sekularisme, sosialisme, kapitalisme dan nasionalisme ke seluruh muka bumi hingga mampu memegang tali pemikiran, ekonomi, sosial dan budaya umat saat ini. Kemenangan itu masih lagi berada pada golongan ini dan ternyata mereka benar-benar mempertahankan ideologi perjuangan itu agar kemenangan tetap milik mereka.

Kini gerakan-gerakan Islam yang ada di seluruh pelosok muka bumi mula menggerakkan usaha dan strategi demi membersihkan kembali umat kepada jalan Ilahi yang sebenar agar kemenangan akan kembali menjadi milik golongan kebenaran dan keadilan kerana inilah janji-Nya yang semakin menunjukkan hasilnya di sebahagian tempat dan wilayah bumi ini. Jika kita ingin melihat kemenangan itu bertukar tangan maka tidak cukup sekadar melihat dan menunggu semata-mata namun memerlukan pengorbanan dan usaha yang berterusan kerana kita bukan hanya ingin menggapai kemenangan bahkan berusaha mengekalkan kemenangan itu hingga ke hari kiamat.

Andai kemenangan sudah kita kecapi, lalu gerak kerja harus lebih tersusun di samping bersyukur dengan anugerah kemenangan itu. Kemenangan harus diisi dengan sebuah pemikiran yang dapat memajukan umat, disirami dengan kecekapan dalam setiap pekerjaan, dipenuhi dengan keadilan dalam segenap kondisi kehidupan sebagai tanda ketakwaan bagi golongan yang selayaknya mendapat kemenangan. Tidak mustahil kemenangan yang dikecapi itu bakal bertukar wajah kembali menjadi zalim dan kotor jika syarat-syarat kemenangan tidak dijaga dengan sebaik-baiknya.

Kebatilan yang tersusun dapat mengalahkan kebenaran yang tidak tersusun sepatutnya menjadi nasihat yang harus ditekankan untuk mendapat dan mengekalkan sebuah kemenangan yang kita harapkan. Berusahalah dengan segala kemampuan yang kita miliki demi melihat kemenangan sentiasa berada di tangan Islam yang benar, adil dan syumul.

Regards

Mohd Halimi Abdul Aziz

09 Rabiul’awal 1429H/ 02:50a.m

Thursday, March 6, 2008

CEGAHLAH DENGAN TANGANMU



Sebelum ini kita diberikan kesedaran dan hidayah untuk mengenal untuk apa kita hidup di muka bumi ini, lantas timbul keinginan untuk menyebarkannya kepada insan yang belum sedar dan kenal hakikat kehidupan ini. Saat itu kita hanya mampu membenci lewat perasaan yang terpendam jauh di sudut hati yang kecil itu, perasaan itu semakin kuat tatkala melihat pelbagai kemungkaran, kezaliman dan penindasan yang terjadi pada masyarakat sekeliling. Namun ia masih dipendam kerana masih belum ada kekuatan untuk mengungkapkannya kepada insan lain.

Hari demi hari berlalu, dan kita berusaha untuk memperbaiki diri dengan segenap kemampuan, meningkatkan ibadah dengan sebaiknya, menambahkan pengetahuan lewat buku-buku dan mengikuti pengisian-pengisian hinggalah akhirnya muncul kekuatan baru bahawa keinginan untuk mengubah diri dan masyarakat tidak cukup dengan hanya membenci di sudut hati, lantaran itu kita mula bergerak mengatur langkah memasuki medan baru dengan menyebarkan perasaan tadi dalam jiwa umat yang ingin berubah lewat ucapan mahupun tulisan, berusaha memberikan kata-kata yang dapat membangkitkan umat yang sedang tidur dalam kelalaian dan kealpaan mereka, menunjukkan kepada umat agar dapat membezakan apa itu kebenaran dan kebatilan, kezaliman dan keadilan, kesempitan dan keluasan, dan keindahan dan keburukan yang Islam gariskan.

Masa terus berlalu dan kita masih terus berusaha memperbaiki diri dan insan lain walaupun ada ketikanya kita merasa kecewa dengan sambutan yang diberikan, namun untuk berhenti tidak sama sekali, kita tetap harus memberikan sumbangan seadanya walau hasilnya mungkin tiada, kerana kita orang yang yakin akan janji ALLAH akan membalas setiap perbuatan walau sekecil zarrah…

Kini, kita merasakan bahawa untuk mengubah masyarakat dan negara masih belum cukup dengan hanya membenci dalam hati dan mengingatkan mereka dengan lisan, lalu kita harus bergerak ke medan baru untuk mengubahnya dengan tangan yang ada, ataupun kuasa yang kita miliki. Saat itu telah tiba kerana tangan ini telah mempunyai kuasa untuk memilih siapa insan yang bakal menentukan halatuju masyarakat dan negara untuk tahun-tahun mendatang, maka menjadi tanggungjawab untuk kita memanfaatkan kuasa yang ada di tangan ini memilih individu yang dapat menyebarkan perasaan kita dahulu yang bencikan kemungkaran dan kezaliman, menyebarkan lisan kita dahulu yang inginkan kebenaran tertegak dan kebatilan hilang lenyap dengan kuasa yang ada oleh individu yang dipilih nanti.

Perasaan telah bertukar menjadi perbuatan membawa kepada perubahan dalam masyarakat dan negara, jadi marilah kita mencegah kemungkaran dan keangkuhan dengan tangan-tangan kita, kibarkanlah semangat Rubi’ bin Amir yang mengatakan kami datang untuk membebaskan manusia dari penyembahan dan ketakutan kepada manusia menuju penyembahan dan ketakutan kepada ALLAH semata-mata, melepaskan manusia dari kezaliman agama kepada keadilan Islam, dan dari kesempitan dan penindasan dunia kepada keluasan dunia dan akhirat dengan Islam yang sejati.

SELAMAT MENGUNDI KEPADA SEMUA
MASA UNTUK BERUBAH
TERUSKAN BERJUANG


Regards,
Mohd Halimi Abdul Aziz
07 Mac 2008/ 29 Safar 1429H 01:09p.m

INDAH DI MATA, PEDIH DI HATI





Negaraku yang tercinta ini sedang menuju status negara majunya, indah dalam pandangan mata ini saat melihat pembangunan yang kiat pesat direalisasikan oleh pihak yang bertanggungjawab, segala binaan dibangunkan dengan segenap keindahan yang menjadikan mata ini hampir tidak bekelip melihat keindahan rekabentuk dan hiasannya. Pembangunan pesat ini sangat penting dalam sesebuah negara, menunjukkan kita memang bersungguh-sungguh ingin menjadi negara maju kelak. Mata ini juga terpukau dengan segenap kemudahan dan perkhidmatan yang disediakan dari segi pendidikan, sosial, kesihatan, ekonomi dan sebagainya.

Tapi jauh disudut hati terasa kepedihannya bila mana segenap pembangunan yang maha hebat itu hanya bertahan seketika tatkala mendengar runtuhan dan kebocoran disana sini, hingga terpaksa membina semula dengan kos yang juga maha banyak. Pedih tatkala melihat pembangunan itu hanya dinikmati oleh golongan tertentu sedangkan golongan yang merasakan dirinya serba dhaif hingga layak memasuki rancangan BersamuMu pasti hanya mampu menelan air liur melihat pembangunan batu dan besi di sana sini dan hakikatnya kehidupan mereka masih belum membangun.

Pedih tatkala melihat kesombongan sesetengah pekerja dengan segala kerenah birokrasi walau mereka sentiasa mendapat sijil pengiktirafan ISO yang menyatakan bahawa mereka mempunyai perkhidmatan yang terbaik. Pedih melihat masjid yang bercambah di sana sini dengan keluasan seolah-olah sebesar Padang Sahara namun yang banyak hanya tiang yang menyokong batu dan simen berbanding manusia yang mengimarahkannya. Indah pada batu dan besi yang tercacak namun pedih melihat manusia yang membinanya.

Indah terasa pabila ada sahabat yang turut sama ingin menyebarkan risalah dakwah, indah pabila ada sahabat yang turut sama menyambung pengajian agar dapat memajukan negara dengan menjadi seorang professional dalam bidang masing-masing kelak, indah pabila melihat mereka juga sedar akan kepincangan yang terjadi pada umat ini, melihat mereka membenci segenap penipuan, penindasan, kezaliman dan kemungkaran yang terjadi di bumi yang tercinta ini.

Sayangnya, terasa pedih di hati melihat mereka tidak mahu menunaikan tanggungjawab memilih individu yang bakal mencorakkan negara untuk beberapa tahun kehadapan, yang akan membuat pelbagai keputusan untuk kemajuan negara, yang akan mengolah dan mengurus segenap hasil mahsul negara, yang akan menghalang segala agenda yang bakal merosakkan masyarakat dan negara kita. Pedih terasa saat mereka mengatakan masih belum mendaftar sebagai pengundi, yang telah mendaftar pula tidak mahu balik ke kampung, dan yang malas nak mengundi kerana tiada wakil Islam. Pedih terasa saat mereka tidak kisah dengan sumbangan yang boleh mereka berikan walau hanya dalam beberapa minit memilih bakal pemimpin mereka. Mungkin mereka sibuk dengan kehidupan sendiri lalu terpaksa mengorbankan beberapa tanggungjawab yang dirasakan kurang hasilnya jika terlibat.

Maka berterusanlah kita dengan membenci dalam hati semata-mata, mengeluh sampai tak sudah dengan kerosakan yang terjadi, namun tidak mahu mengubah saat peluang sudah ada. Segala kebaikan, keadilan, kebenaran yang kita impikan akan hadir pada masyarakat dan negara ini hanya tinggal angan-angan jika kita tidak mahu bekerja untuk mengubahnya dengan pelbagai sarana yang ada. Ingatlah kata-kata Ibnu Athoillah dalam Al-Hikamnya lebih kurang maksudnya,

“ Pengharapan yang tidak disertai dengan usaha yang bersungguh-sungguh maka ia hanyalah angan-angan”

Kalian adalah sebahagian dari masyarakat yang merdeka, maka jadikanlah peluang mengundi ini sebagai sumbangan kecil kita untuk menggapai cita-cita kita yang besar kelak. Masa terus berjalan dan kita harus terus berjuang agar indahnya perjuangan ini bukan hanya di mata bahkan indahnya harus dirasakan ke segenap relung hati kita supaya kelak dapat mengadap-NYA dengan jiwa yang tenang dan melihat keindahan syurga-NYA dalam kehidupan yang abadi.

Regards,
Mohd Halimi Abdul Aziz
07 Mac 2008/29 Safar 1429H 12:34p.m

DARAH ITU MASIH TETAP MENGALIR



Tanah yang bertuah itu telah menjadi sejarah bagi para anbiya’ untuk menyebarkan risalah dakwah, tanah itu juga menjadi qiblat pertama bagi umat Muhammad, hari ini tanah itu disimbahi oleh darah-darah wangi penduduknya, dan darah itu telah lama mengalir dan masih terus mengalir saat ini.


Darah itu masih tetap mengalir demi membela tanah suci umat Islam, demi menentang sebuah kezaliman yang tidak pernah henti, demi menjatuhkan kebatilan yang menjajah tanah air mereka dan demi menegakkan keadilan dan kebenaran yang semakin hilang dari jiwa umat.


Darah itu sentiasa mengalir meninggalkan keluarga, sahabat, pekerjaan dan segala kenikmatan dunia akibat kekejaman Yahudi LaknatuLLAH, akibat keangkuhan yahudi yang selesa dengan kedudukan, akibat penindasan yang di luar batas kemanusian atas insan yang tidak bersalah.

Dan kita hanya mampu melihat darah itu mengalir menyimbah bumi, hanya mampu sedih melihat apa yang terjadi, hanya mampu marah jauh di sudut hati kerana kita tidak punya kuasa menghalangnya. Mereka yang ada kuasa seperti PBB, OIC, Liga Arab pula hanya mampu mengutuk dan mengeji perbuatan kejam Yahudi, hanya mampu mengeluarkan berpuluh-puluh resolusi di pelbagai lembaran kertas yang serba indah melalui puluhan pertemuan melewati tahun demi tahun. Namun darah suci itu masih tetap mengalir.

Terasa sudah tidak ada harapan untuk mengubah kebatilan itu kepada kebenaran, kekejaman itu kepada keadilan, kejahatan itu kepada kebaikan, ditambah dengan pandangan sinis segelintir masyarakat yang mengatakan kalau tolong pun bukan boleh ubah apa-apa pun, biar jelah dah nasib mereka macam tu, ridho jelah.

Mentaliti ini bahkan cukup tebal di hati masyarakat yang hidup hanya ‘aku dan duniaku’ semata-mata, tidak mahu memberikan sumbangan walau sedikit sebagai tanda prihatin dengan apa yang terjadi lewat masalah yang melibatkan soal umat, bangsa dan agama, lantas wajarlah jika sebahagian manusia terlalu sibuk dengan kehidupan mereka semata-mata, tidak pernah peduli apa yang terjadi di sekeliling mereka sama ada di negara sendiri mahupun negara lain kerana hidupku tidak ada kaitan dengan orang lain


Kita tidak akan dapat merubah apa-apa jika tidak mahu memberikan sumbangan walau sedikit hanya kerana merasakan hasilnya yang tak akan ke mana-mana, tapi pernahkan kita terfikir andai ALLAH menyoal kita kelak tentang apa yang kita perbuat saat melihat kekejaman, kezaliman, kemungkaran dan penindasan yang terjadi saat kita di dunia? Bukankan sumbangan kecil kita itu bakal menjadi jawapan kita kelak dan siapa tahu sumbangan kecil itu bakal menyelamatkan kita dari azab-NYA. Tapi bagi mereka yang tidak pernah ambil peduli kezaliman yang terjadi, penindasan yang berterusan, dan kemungkaran yang berlaku maka persiapkanlah jawapan yang sesuai tatkala Hari Penghisapan kelak

Darah itu masih tetap mengalir, mereka masih tetap memohon bantuan, mereka masih menanti tangan-tangan yang sanggup berjuang bersama mereka, mereka masih mengharap agar umat Islam bangkit membela mereka, lalu adakah cukup sekadar berdoa dan membenci dihati dengan segenap penderitaan yang dialami oleh ayah-ayah, ibu-ibu, anak-anak, adik dan abang kita seISLAM nun jauh di bumi bertuah AL-AQSA.

Mari berubah dari sekadar membenci kepada menyumbang sesuatu agar perubahan yang kita cita-citakan kelak akan tampak jalan-jalan keluarnya. Perubahan suatu yang sukar namun tidak mustahil andai kita mahu mengubahnya. Pilihan di tangan anda.

Bantulah Palestina Tercinta.

Regards,
Mohd Halimi Abdul Aziz
07 Mac 2008/ 29 Safar 1429H 11:50a.m

Tuesday, March 4, 2008

DR. Qaradhawi Minta Dunia Islam Bersikap Jantan Bela Ghaza


DR. Yusuf Al-Qaradhawi geram melihat kekejaman Israel yang tetap diiringi dengan sikap bungkam dunia internasional. Ia pun menyeru dunia Islam untuk bersikap jantan membela rakyat Palestina di Ghaza.


Ketua Forum Ulama Internasional Islam itu menegaskan agar umat Islam mendukung Ghaza agar bisa membela diri atas serangan berdarah Israel yang berlangsung terus menerus sejak hari Rabu (27/2).


Dalam pernyataannya di televisi Aljazeera, Qaradhawi mengatakan, “Saya serukan umat Islam semuanya. Saya berseru kepada para pemimpin negara, dan pemerintahan dunia Islam semuanya. Saya serukan semua umat Islam untuk berdiri secara jantan mendukung Ghaza. Kalian harus bisa menunjukkan kekuatan di hadapan penjajah Israel. Kalian harus bisa menekan pemerintahan untuk bisa berkata dan bersikap menolak kekejaman Israel.”


Qaradhawi juga mengatakan, “Tidak diragukan lagi bahwa kondisi kritis di Ghaza memang mewajibkan kita untuk tidak diam dan bisu, serta tidak bisa dianggap sebagai peristiwa remeh. Karena yang terjadi di Ghaza adalah kriminalitas perang yang jika terjadi di tempat manapun di dunia ini, maka siapapun akan berguncang, berdiri dan tak mungkin berdiam diri.’


Ia kemudian mempertanyakan, “Kenapa pemerintah kita tidak mampu bersikap gentle terhadap Ghaza? Kenapa Liga Arab tidak segera berkumpul? Kenapa tidak ada undangan untuk segera menggelar pertemuan puncak Arab? Di mana Liga Arab? Di mana OKI?” tanya Qaradhawi.(na-str/iol)